Makalah tentang Pengangguran
Diposting oleh dicky pranata , Kamis, 12 April 2012 07.04
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian
Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi
ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu,pertumbuhan ekonomi
Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen.Padahal, masalah pengangguran
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.Jika pertumbuhan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada.Setiap pertumbuhan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya 3-4
persen,
tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai
rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang
tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.
Bayangkan, pada 1997,
jumlah penganggur terbuka mencapai 4,18 juta.Selanjutnya, pada 1999 (6,03
juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002(9,13 juta) dan 2003 (11,35
juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguranmenunjukkan, pada 2001: usia
kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta),penduduk yang kerja (90,807
juta), penganggur terbuka (8,005 juta), setengah penganggur terpaksa
(6,010 juta), setengah penganggur sukarela (24,422 juta) pada
2002: usia kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), pendudukyang
kerja (91,647 juta), penganggur terbuka (9,132 juta), setengah penganggur
terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur sukarela tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun
2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007 pasti
jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya stabilitas
perkembangan ekonomi Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka
penulismengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis
pengangguran
2.
Faktor penyebab
pengangguran
3.
Apa yang menjadi
masalah pengangguran di Indonesia
4.
Bagaimana
keadaan pengangguran di Indonesia
5.
Bagaimana
keadaan angkatan kerja dan kesempatan kerja
6.
Pengangguran
mengakibatkan kemiskinan
7.
Cara mengatasi
pemgangguran
BAB II
(KAJIAN TEORI)
(KAJIAN TEORI)
A. Definisi
Pengangguran
Definisi
pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu,
yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam artimendapatkan
upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai
kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Selain definisi diatas masih
banyak istilah arti definisi pengangguran diantaranya:
Definisi
pengangguran menurut Sadono Sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang
yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya
Definisi
pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia
angkatan kerja yangtidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Definisi
pengangguran menurut Menakertrans
Pengangguran adalah ornag yang tidak bekerja, sedang
mencari pekerjaan,mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan
karena merasatidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis pengangguran
Pengangguran
sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja
secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1.
Pengangguran Terselubung
(Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena suatu alasan tertentu.
2.
Setengah Menganggur
(Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
3.
Pengangguran Terbuka
(Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan
penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu
:
a.
Pengangguran
konjungtural (Cycle Unemployment) adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b.
Pengangguran struktural
(Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
Akibat permintaan berkurang
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
c.
Pengangguran friksional (Frictional Unemployment)
adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi
kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d.
Pengangguran musiman
adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian
musim tanam ke musim panen.
e.
Pengangguran teknologi
adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga
manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f.
Pengangguran siklus
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian
(karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerat demand).
B. Sebab-sebab
terjadinya pengangguran
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pengganguran adalah sebagai
berikut:
1.
Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah
angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi
sebaliknya sangat jarang terjadi.
2.
Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3.
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama
atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak
terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan
yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
4.
Meningkatnya peranan dan aspirasi
Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
5.
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah
mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya
dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu
negara ke negara lainnya.
C. Masalah
Pengangguran di Indonesia
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali,sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atauseseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlahl apangan
pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-
masalah sosial lainnya.Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerjayang dinyatakan
dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi
juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini
sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah
penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah
dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang
tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada,menjadi
beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan
dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang
tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga
dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorongpeningkatan keresahan
sosial dan kriminal; dan dapat menghambatpembangunan dalam jangka panjang.Pembangunan
bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung padakualitas sumber daya manusia
Indonesia yang sehat fisik dan mental sertamempunyai ketrampilan dan keahlian
kerja, sehingga mampu membangunkeluarga yang bersangkutan untuk mempunyai
pekerjaan dan penghasilan yangtetap dan layak, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan hidup, kesehatan danpendidikan anggota keluarganya.
D. Keadaan
Pengangguran di Indonesia
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu
karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari
kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain
itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan
terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan
yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang
kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses
ekspor impor, dll.Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar
9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan
tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah
pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur
merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan
sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional.Masalah lainnya adalah
jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35
jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari
mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat
pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivita srendah. Dengan
demikian masalah pengangguran terbuka dan setengahp enganggur berjumlah 38 juta
orang yang harus segera dituntaskan.
E. Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan Kesempatan Kerja
Masalah pengangguran dan setengah pengangguran
tersebut di atas salah satunya dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja.
Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 100,8 juta orang. Mereka
ini didominasi oleh angkatan kerja usia sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7
juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti
bahwa angkatan kerja di Indonesia.kualitasnya.masih.rendah.
Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan
setengah pengangguran tersebut adalah keadaan kesempatan kerja. Pada tahun
2002, jumlah orang yang bekerja adalah sebesar 91,6 juta orang. Sekitar 44,33
persen kesempatan kerja ini berada disektor pertanian, yang hingga saat ini
tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari kesempatan
kerja yang tersedia tersebut berstatus informal. Ciri lain dari kesempatan kerja
Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikan SLTP ke bawah. Ini menunjukkan
bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi golongan berpendidikan
rendah.Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Indonesia
mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan memberikan imbalan yang kurang
layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja rendah.
F.
Pengangguran Mengakibatkan Kemiskinan
Tanggal 17 Oktober lalu komunitas global baru saja
merayakan hari anti kemiskinan se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan
adalah simbol sosial yang nyaris absolut dan tak terpecahkan. Sejak masa
kolonial hingga saat ini predikat negeri miskin seakan sulit lepas dari bangsa
yang potensi kandungan kekayaan alamnya terkenal melimpah.
Cerita pilu kemiskinan seakan kian lengkap dengan
terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempabumi, tsunami, lumpur
panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap. Kantung-kantung
kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus ganas, mulai dari
lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan,penganggur, hingga ke
kampung-kampung nelayan.
Di era Orde Baru, misalnya, pemerintah menggalang
berbagai sarana dan cara untuk mengatasi kemiskinan. Pembangunan fisik digenjot
di berbagai bidang, pertumbuhan ekonomi menjadi fokus perhatian, investasi
asing digalakkan, berbagai jenis skema kredit investasi kecil dan kredit modal
kerja digelar, bahkan utang luar negeri pun ditempuh sebagai alternatif untuk menopang
idea of progress bernama pembangunan.
Akan tetapi,
karena keberpihakan ideologis pemerintah tak jelas, hasil pembangunan ala Orde
Baru itu tak bisa sepenuhnya bisa dirasakan rakyat lapis bawah. Yang terjadi,
seluruh angka-angka keberhasilan pembangunan yang digarap secara intens selama
30 tahun itu, rontok tersapu krisis ekonomi dan gejolak politik tahun
1998.Meski pemerintahan terus berganti, kemiskinan tetap saja menjadi virus endemis
yang terus mendera rakyat. Secara empirik, data pemerintah menunjukkan, 70
persen rakyat kita menggantungkan sumber penghidupannya dari sektor ekonomi
mikro berbasis sumber daya alam terbarukan. Di sektor pertanian, petani kita
telah sejak lama mengembangkan tanaman pangan,holtikultura, perkebunan, dan
peternakan. Di sektor kelautan dan perikanan,nelayan kita sanggup mengembangkan
perikanan budi daya, perikanan tangkap,industri bioteknologi kelautan, dan
non-conventional ocean resources.Sementara di sektor kehutanan, masyarakat kita
mampu mengoptimalkan pengelolaan hutan alam, hutan tanaman industri, dan
agroforestry.
Pada level global, Indonesia juga telah masuk dalam
kategori Negara yang paling gagal dalam pencapaian target-target Millenium
Development Goals (MDGs), sebuah komitmen global yang ikut ditandatangani
pemerintah Indonesia guna mengatasi masalah kemiskinan akut. Padahal, kucuran
dana yang dating dari World Bank, IMF, ADB, CGI, dan donor bilateral (baik
dalam bentuk hibahm aupun utang) yang mengatasnamakan penanggulangan kemiskinan
mencapi angka puluhan milyar dolar. Di sini, komitmen melawan kemiskinan
menjadi patut dipertanyakan.Contoh nyata melawan kemiskinan sebenarnya telah
terbentang di depan mata. Pada aras global, gerakan masyarakat sipil anti
globalisasi-neoliberal (sejak Seattle, Cancun, Hongkong, hingga Singapura)
terus menyerukan ”Globa lCall to Action Against Poverty”. Mereka dengan
gamblang menunjukkan berbaga metode dan aksi-aksi politik nyata guna melawan
sumber-sumber kemiskinan.Juga Ikhtiar seorang Muhammad Yunus, pemenang nobel
perdamaian 2006,yang mendesain model ”Bank Grameen” (dan fungsi
intermediasi)-nya sebagaisolusi efektif memerangi kemiskinan di Bangladesh,
sejatinya bisa menjadisumber inspirasi mutakhir bagi kita dalam melawan
kemiskinan.Masalahnya sekarang, apakah para elite, politisi, dan birokat kita
punyakeberpihakan ideologis untuk melawan kemiskinan? Adakah komitmen tegas
daripara penentu kebijakan negara untuk memberantas KKN secara radikal? Jik anegara
tak sanggup menyatakan perang terhadap kemiskinan, gagal dalammemerangi
korupsi, dan tetap malas melaksanakan agenda reformasi sebagai perintah
konstitusi, maka kemiskinan bangsa—yang di masa kolonial pernah disebut ”nation
van Koelis”—mungkin akan menjadi simbol abadi negeri ini.
G. Cara
mengatasi pengangguran
Ada berbagai cara
mengatasi pengangguran, yaitu:
1. Peningkatan Mobilitas Tenaga
kerja dan Moral
Peningkatan
mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja
yang lowong dan melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan
kualifikasi di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan
memindahkan industry (padat karya) ke wilayah yang mengalami masalah
pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi msalah pengangguran
structural.
2. Pengelolaan Permintaan
Masyarakat
Pemerintah
dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan
permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah
yang melimpah.
3. Penyediaan Informasi tentang
Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk
mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat
mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja.
Masalah
pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang
membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan
keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan informasi.
Untuk
mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system informasi yang memudahkan
orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain dapat berupa
pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga berupa
pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai
latihan kerja.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam situasi normal,
pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara.
Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk
meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain.
Menurut
Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur
daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah
menyediakan tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah
maka orang lebih suka menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan
(penyuluhan) untuk giat bekerja.
Pengangguran tidak disengaja,
sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku
tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah
tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5. Program Pendidikan dan
Pelatihan Kerja
Pengangguran
terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli.
Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di Negara kita, mengingat
sejumlah besar penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau
keahlian tertentu.
6. Wiraswasta
Selama orang
masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu, pengangguran
akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila
muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta
yang berhasil.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka kami dapat menyimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengangguran
adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat
pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal yaitu masalahpokok makro ekonomi yang paling utama.
2. Penyebab pengangguran :Besarnya Angkatan
Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja, Struktur Lapangan Kerja Tidak
Seimbang, Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga
terdidik tidak seimbang, Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita
dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia, Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami dapat menyarankan hal-hal
sebagai berikut ;
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2.
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan
ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan)
kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah
yang mengalami pengangguran.
Daftar Pustaka
(
tanggal 16 Januari 2012, jam 14.32)
http://www.anneahira.com/faktor-penyebab-pengangguran.htm (tgl. 20 januari 2012, jam 19.15)
http://bangaisabe.blogspot.com/2008/11/pengangguran-di-indonesia-semakin.html (tgl. 21 Januari 2012, jam 16.40)
http://laillamardianti.wordpress.com/2011/04/17/pengangguran-dan-cara-mengatasinya/ (tgl. 24 Januari 2012, jam 20.00)
Posting Komentar